Model Kurikulum Tehnologi,
Kurikulum Aktivitas Dan Kurikulum Rekontruksi Sosial
----***----
OLEH : SAFRUDIIN ( 2052115012)
MAHASISWA PASCA SARJANA 2016 –
2017 SEMESTER 3 STAIN PEKALONGAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DOSEN PENGAMPU : Dr. H. IMAM SURAJI, M.Ag
I.
Pendahuluan
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum merupakan suatu bidang studi,
yang ditekuni oleh para ahli
atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan
kurikulum berbagai institusi
pendidikan. Inovasi
atau pembaharuan suatu kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan, harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan
terus berkembang.
Pekembangan taraf hidup masyarakat tergantung perkembangan pendidikan yang ada
di negeri ini, negara harus punya program pendidikan yang baik. Dalam
penyusunan program pendidikan, perlu disusun mata pelajaran serta kegiatan yang
menggambarkan wawasan tentang kurikulum.
Wawasan kurikulum yang digali diperuntukan untuk meningkatkan perkembagan
kurikulum yang digunakan oleh negara saat itu, karena kurikulum ini dapat
menentukan program pendidikan untuk mengubah prilaku manusia atau tepatnya
seorang anak ke arah yang lebih baik.
Oleh Karena itu dalam penyusunan kurikulum harus dilandasi pola pikir dan tujuan yang terprogram, salah
satunya adalah penggunaan model kurikulum yang sesuai dan relevan di negeri
ini. Untuk itu penulis mencoba memberikan model – model kurikulum yang
menyentuh tentang teknologi, aktivitas dan rekontruksi sosial dengan harapan
untuk mengembangkan potensi taraf hidup manusia dengan memperhatikan
kebudayaan, sosial dan perkembangan tehnologi.
II.
Pembahasan
Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster
pada tahun
1856, namun hal ini digunakan pada bidang olah raga,
yang berarti jarak yang
harus ditempuh oleh pelari atau kereta mulai awal
sampai akhir atau mulai start sampai
finish. Namun, hal tersebut mengalami perkembangan makna pada tahun 1955 yang mana kata kurikulum muncul dalam kamus
tersebut khusus digunakan
dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang
harus ditempuh atau dilakukan untuk mencapai tingkat tertentu atau ijazah.
Istilah kurikulum kemudian berkembang yang dirumuskan berbagai arti. Secara
tradisional, kurikulum di artikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan
disekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak di
anut sampai sekarang termasuk Indonesia.
Dalam mengembangkan kurikulum dibutuhkan tiga langkah
yang harus dilalui yaitu mengkontruksi kurikulum, mengembangakan kurikulum dan
implementasi kurikulum. Ketiganya merupakan rangkaian yang harus dilalui dan
harus dirancang secara matang dan tidak boleh ditinggalkan satu komponenpun karena
akan mengakibatkan kemandekan sistem. Termasuk di dalamnya mengkaji prasyarat
kurikulum sebelum dilaksanakan. Prasyarat adalah kondisi awal yang harus
terpenuhi sebelum menyatakan komitmen untuk melaksanakan suatu model kurikulum.
Mana kala kita kaji tentang model kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli kurikulum itu
memiliki ciri – ciri, persamaan dan perbedaan. Dibawah ini dijelaskan model
–model kurikulum sebagai hasil kajian beberapa sumber, diantaranya adalah :
1.
Model
Kurikulum Tehnologi
a.
Pengertian
Kurikulum Tehnologi
Tehnologi dalam prespektif kurikulum difokuskan kepada efektivitas
program, metode dan bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan.
Tehnologi memengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
penerapan hasil – hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem
atau teori. Penerapan hasil – hasil teknologi adalah perencanaan yang
sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan tehnologi sebagai suatu sistem yaitu menekankan kepada penyusunan
program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses
teknologi untuk menghasilkan
tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu membuat keputusan. Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya
kurikulum meliputi dua bentuk, yakni;
bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (handware).
Penerapan teknologi perangkat
keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
juga teknologi sistem (system technology). Dengan demikian, konsep kurikulum teknologi dapat berbentuk
aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat
keras dan perangkat lunak dalam pendidikan.
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih
menekankan penggunaan alat - alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan. Dalam kurikulumnya mengandung
rencana - rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model - model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat.
Contoh model dari pengajaran tersebut adalah
pengajaran berprograma, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan alat komputer, dan pengajaran dengan pendekatan
sistem.
Dalam arti teknologi sebagai sistem, teknologi
pendidikan menekankan penyusunan program
atau rencana pelajaran dengan menggunakan sistem. Program pengajaran tersebut bisa semata - mata sistem, dapat juga berupa program
sistem yang ditunjang dengan alat dan media,
serta bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran. Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat
dan media yang canggih. Sedangkan pada
bentuk kedua, pengajaran tetap berjalan, meski tanpa alat dan media yang
canggih, tetapi lebih
baik jika alat dan media itu disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak
berjalan tanpa alat
dan media yang canggih. Karena itu, alat dan media sebagai syarat yang berpadu
dengan program. Dengan teknologi diusahakan terjadinya proses belajar
mengajar, terutama dalam teknik mengajar
dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat menjamin hasil yang sama.
Dari ketiga bentuk tersebut teknologi pendidikan
memberikan dasar ilmiah dan empirik kepada proses belajar mengajar. Karena
teknologi pendidkan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau
rencana pelajaran dengan menggunakan sistem pendekatan.
b.
Ciri
Model Kurikulum Tehnologi
Kurikulum Teknologis, perkembangan teknologi yang
terus berkembang mengharuskan manusia untuk menguasainya jika
tidak ingin ketinggalan, kurikulum teknologis pada dasarnya dikembangkan dari
kurikulum subjek akademik namun dengan tekanan yang berbeda. Jika subjek
akademik ditekankan pada pengawetan pengetahuan maka kurikulum teknologis menekankan
kepada penguasaan kompetensi.
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa
ciri khusus, yaitu :
a)
Tujuan.Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk prilaku.
b)
Metode.
Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang
sebagai proses mereaksi terhadap perangsang – perangsang yang diberikan dan
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
c)
Organisasi
Bahan Ajar. Bahan ajar atau
isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi
d)
Evaluasi.
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu
pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini bermacam – macam,
sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan
pelajaran (evaluasi formatif) dan umpan balik pada akhir suatu program
atau semester (evaluasi Sumatif ).
Kurikulum ini adalah bentuk pendekatan ilmiah yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah – masalah pokok pendidikan, pemerataan, peningkatan
mutu, efektivitas dan efesiensi pendidikan.
Program pengajaran teknologis sangat menekankan efesiensi dan efektivitas.
Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba dengan sampel – sampel
dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali sampai standar yang
diharapkan dapat dicapai. Namun Model
ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau
membutuhkan penguasaan tingkat tinggi ( analsis, sintesis, evaluasi ) juga
bahan – bahan ajar yang bersifat efektif. Keberhasilan belajar siswa juga
sangat dipengaruhi oleh sikap mereka, bila sikapnya positif maka siswa akan
berhasil, bila sikapnya negatif, tingkat penguasaannya pun relatif rendah.
Jadi kebiasaan dan tingkah laku akan mempengaruhi berhasil dan tidaknya
keberhasilan belajar, begitu juga semangat dan tingkat kejenuhan akan ada
pengarunya dalam keberhasilan belajar.
2.
Model
Kurikulum Aktivitas
a.
Pengertian
Kurikulum Aktivitas
Experience currikulum
sering disebut juga dengan activity currikulum, kurikulum ini cenderung
mengutamakan kegiatan – kegiatan atau pengalaman – pengalaman siswa dalam
membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi
siswa. Pada kurikulum ini intinya yaitu siswa berbuat dan melakukan kegiatan – kegiatan yang
sifatnya vokasional tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik
Siswa.
b.
Ciri
Model Kurikulum Aktivitas
Salah satu karakteristik dari kurikulum ini adalah untuk memberikan
pendidikan ketrampilan yang sedang dipelajarinya. Kurikulum Terpadu dipelopori
olah John Dewey yang intinya pembelajaran harus dimulai dari pembahasan
suatu topik atau permasalahan yang diselesaikan secara terpadu dari berbagai
disiplin ilmu maupun faktor lingkungan.
c.
Kelemahan
Kurikulum Aktivitas
1.
Guru yang diperlukan harus mempunyai pendidikan
umum yang luas, pendidikan khusus tentang perkembangan anak dan pengetahuan
bimbingan.
2.
Guru harus menguasai metode proyek.
3.
Guru tidak hanya menguasai mata pelajaran atau
bidang studi tetapi juga harus memiliki kemampuan sosial.
4.
Kebutuhan dan minat peserta didik belum tentu
relevan dengan realitas kehidupan yang begitu kompleks.
5.
Perlengkapan kelas harus lengkap dan diatur
menurut selera dan keperluan anak. Karena
perlengkapan kelas ini berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.
3.
Model
Kurikulum Rekontruksi Sosial
a.
Pengertian
Kurikulum Rekontrukai Sosial
Kurikulum sebagai rekontruksi sosial mengutamakan
kepentingan sosial di atas kepentingan individu. Tujuannya ialah perubahan
sosial atas tanggung jawab tentang masa depan masyarakat. Tugas kurikulum
demikian bukanlah sesuatu yang baru akan tetapi selalu merupakan suatu bagian
dari fungsi pendidikan, karena pendidikan selalu merupakan suatu bagian dari
fungsi pendidikan, karena pendidikan selalu berkaitan tujuannya dengan masa
mendatang.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada
problem problem yang dihadapi
murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, melainkan
merupakan kegiatan bersama, interaksi,
dan kerja sama. Interaksi atan kerja sama dapat terjadi pada siswa dengan guru,
siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungannya. Dengan kerja sama
semacam ini, para
siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih baik. Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi
sosial ini memiliki pengaruh, mengubah,
dan memberi corak baru kepada masyarakat dan
kebudayaan.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial, kurikulum ini dikembangkan
berdasarkan keprihatinan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Sekolah sebagai organisasi yang ada di masyarakat juga merupa-kan bagian
dari masyarakat sehingga harus menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat.
Dengan kata lain bahwa kurikulum ini dapat menjadikan siswa untuk terlibat
dalam memecahkan permasalahan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
b.
Ciri
Model Kurikulum Rekontruksi Sosial
Ada
beberapa ciri dari desain kurikulum ini.
1.
Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah menghadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan – hambatan atau gangguan yang
dihadapi manusia.
2.
Masalah
– masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan
pada masalah – masalah sosial yang mendesak. Misalnya permasalahan yang
dihadapi sekarang, bisakah memberi kekuatan terhadap ancaman – ancaman yang
terjadi saat ini.
3.
Pola
– pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola
organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah – tengahnya sebagai
poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik dibahas dalam diskusi – diskusi
kelompok, latihan – latihan kunjungan dan lain – lain. Topik – topik dengan
dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari – jari. Semua kegiatan
jari – jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Dimana para siswa dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk Pola desain
kurikulum rekonstruksi sosial dapat dilihat dibagan dibawah ini.
c.
Komponen
– Komponen Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekontruksi sosial memiliki komponen – komponen yang sama
dengan model kurikulum yang lain tetapi isi dan bentuk – bentuknya berbeda.
a)
Tujuan
dan Isi Kurikulum. Tujuan program
pendidikan setiap tahun berubah.
Tujuan program pendidikan merupakan refleksi dari fase sosial dan epistemologi
pendidikan. Dalam
program pendidikan ekonomi – politik, umpamanya untuk tahun pertama tujuannya
membangun kembali dunia ekonomi politik.
b)
Metode,
Menunjukan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proses.
Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan – tujuan nasional sengan tujuan siswa. Guru – guru
berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan
minat masing – masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok –
kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang dimiliki.
c)
Evalusi,
Setiap usaha perbaikan atau perubahan kurikulum senantiasa diawali
dengan penilaian. Karena evaluasi adalah bagian dari integral dalam kegiatan
pengembangan kurikulum.
Dalam Kurikulum rekontruksional kegiatan evaluasi melibatkan siswa,
keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun dan menilai bahan yang
akan diujikan. Evaluasi disini tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai
siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan
taraf kehidupan masyarakat.
Dengan evaluasi seperti ini siswa lebih dewasa dan siap untuk menghadapi
permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang,
terutama masalah sosial.
d.
Pelaksanaan Pengajaran
Rekonstruksi Sosial
Rekonstruksi
sosial banyak dilaksanakan didaerah yang belum maju dan tingkat ekonominya
masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondidi kehidupan mereka
sesuai potensi yang ada dalam masyarakat dengan bantuan biaya dari pemerintah.
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan didaerah-daerah yang
tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan
pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi hidup mereka. Sesuai dengan
potensi yang ada dalam masyarakat sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut
dan berusaha mengembangkannya.
4.
Persamaan
Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
Sebagai mana konsep kurikulum yang sudah jelaskan diatas bahwa
kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial sama – sama mengembangkan
anak – anak yang menekankan interaksi
dan kerja sama antara siswa, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat.
Ketiga kurikulum ini mengutamakan keterkaitan dengan masa depan,
dimaksudkan bahwa individu dapat menyesuaikan diri menghadapi segala macam
bentuk perubahan. Ia harus kuat fisik dan mental dalam mempertahankan dinamika
hidupnya. Yang implikasinya berorientasi pada masalah – masalah kehidupan yang
bersifat realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, teknologi, sosial,
aktivitas diri, politik maupun hukum, sehingga kelak dikemudian hari peserta
didik mampu menghadapinya di masa saat proses belajar maupun masa yang akan
datang.
Ketiga kurikulum ini memiliki kesamaan dalam pembentukan siswa, ketiga
kurikulum ini juga mempunyai kelemahan, antara lain sulit menyampaikan bahan
pelajaran yang bersifat komplek. Dimana materi – materi pelajaran yang bersifat
koplek ini tidak bisa diajarkan seluruhnya secara optimal.
5.
Perbedaan
Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
Perbedaan
Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
|
Teknologi
|
Aktivitas
|
Rekontruksi Soaial
|
· Model konsep
pendidikan teknologi pendidikan disebut pendidikan teknologis.
· Kurikulum Teknologi
: penguasaan kompetensi yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku
· Pendidikan Teknologi
: berbagai disiplin ilmu, perkembangan teknologi, Pemanfaat teknologi dalam pembelajaran.
· Pendidikan Teknologi:
kegiatan pembelajaran dipandang sebagai proses mereaksi terhadap stimulus
yang diberikan, bila terjadi respons sesuai harapan, maka respons tersebut
diperkuat.
· Pendidikan Teknologi:
Evaluasi dilakukan setiap saat (pada akhir satuan pelajaran maupun semester)
|
· Jenis
pendidikan disesuaikan dengan minat murid.
· Dalam
proses pembelajaran menggunakan problem solving
· Adanya
pengelompokan murid ditentukan oleh perhatian mereka.
· Kurikulum
ini tidak direncanakan terlebih dahulu. Rencana itu berkembang sambil
menjalankan kegiatan. Perencanaan dilakukan bersama oleh murid dan guru
· Kegiatan
pembelajarannya terintegrasi dengan baik.
|
· Model konsep
pendidikan interaksionis disebut pendidikan rekonstruksi sosial.
· Kurikulum
Rekonstrusi sosial : memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan.
· Pendidikan Rekonstrusi
sosial:masalah sosial yang mendesak.
· Pendidikan Rekonstrusi
sosial: strategi yang dapat menyelaraskan antara tujuan nasional dengan
tujuan siswa.
· Pendidikan Rekonstrusi
sosial: melibatkan siswa dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan
diujikan.
|
III.
Kesimpulan
1.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan
isi, serta proses pendidikan.
2.
Tehnologi
dalam prespektif kurikulum difokuskan kepada efektivitas program, metode dan
bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan.
3. Kurikulum Teknologis, perkembangan teknologi yang terus
berkembang mengharuskan manusia untuk menguasainya jika
tidak ingin ketinggalan, kurikulum teknologis pada dasarnya dikembangkan dari
kurikulum subjek akademik namun dengan tekanan yang berbeda.
4. Experience
currikulum sering disebut juga dengan activity
currikulum, kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan – kegiatan atau
pengalaman – pengalaman siswa dalam membentuk kemampuan yang terintegrasi
dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa.
5.
Salah
satu karakteristik dari activity currikulum adalah untuk memberikan
pendidikan ketrampilan yang sedang dipelajarinya.
6.
Kurikulum sebagai rekontruksi sosial mengutamakan kepentingan
sosial di atas kepentingan individu. Tujuannya ialah perubahan sosial atas
tanggung jawab tentang masa depan masyarakat.
7. Ciri
Kurikulum rekontruksi sosial adalah berujuan menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman,
hambatan – hambatan atau gangguan yang dihadapi manusia. Kegiatan belajar dipusatkan
pada masalah – masalah sosial yang mendesak. Misalnya permasalahan yang
dihadapi sekarang, bisakah memberi kekuatan terhadap ancaman – ancaman yang
terjadi saat ini. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum
disusun seperti sebuah roda. Ditengah – tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
8. Ketiga
kurikulum ini mengutamakan keterkaitan dengan masa depan, dimaksudkan bahwa
individu dapat menyesuaikan diri menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia
harus kuat fisik dan mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya. Yang
implikasinya berorientasi pada masalah – masalah kehidupan yang bersifat
realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, teknologi, sosial, aktivitas
diri, politik maupun hukum, sehingga kelak dikemudian hari peserta didik mampu
menghadapinya di masa saat proses belajar maupun masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2014.
Kurniawan,
Deni, Model dan Organisasi Kurikulum,
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2015.
Maulana,
D.J, Promosi Kesehatan , EGC,
Jakarta, 2009.
Nasution,
S., Pengembangan Kurikulum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993.
Nurhadi,
M., Pendidikan Kedewasaan Dalam Prespektif Psikologi Islam, Deepublish
Publisher, Yogyakarta, 2014.
S,
Tatang, M.Si, Ilmu Pendidikan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Sanjaya,Wina,
Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2005.