UA-135753897-1 Jendela Ilmu

Minggu, 10 Maret 2019

Cara mendapatkan uang dari you tube

        Pada dasarnya, youtube merupakan sebuah website yang menfasilitasi penggunanya untuk berbagi video yang mereka miliki, atau sebatas menikmati berbagai video klip yang diunggah oleh berbagai pihak. Terdapat berbagai macam video yang dapat diunggah ke situs ini, seperti misalnya video klip musik dari musisi tertentu, film pendek, film televisi, trailer film, video edukasi, video blog milik para vlogger, video tutorial berbagai macam aktivitas, dan masih banyak lagi.

     bagaimana cara nya menjadikan you tube anda agar mendapatkan uang dengan mudah silakan klik :

https://youtu.be/pVETghs8PCk

Sabtu, 05 November 2016

Model Kurikulum Tehnologi, Kurikulum Aktivitas Dan Kurikulum Rekontruksi Sosial



Model Kurikulum Tehnologi, Kurikulum Aktivitas Dan Kurikulum Rekontruksi Sosial
----***----
OLEH : SAFRUDIIN ( 2052115012)
MAHASISWA PASCA SARJANA  2016 – 2017 SEMESTER 3 STAIN PEKALONGAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DOSEN PENGAMPU : Dr. H. IMAM SURAJI, M.Ag

I.         Pendahuluan

Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan. Inovasi atau pembaharuan suatu kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berkembang.[1] Pekembangan taraf hidup masyarakat tergantung perkembangan pendidikan yang ada di negeri ini, negara harus punya program pendidikan yang baik. Dalam penyusunan program pendidikan, perlu disusun mata pelajaran serta kegiatan yang menggambarkan wawasan tentang kurikulum.[2] Wawasan kurikulum yang digali diperuntukan untuk meningkatkan perkembagan kurikulum yang digunakan oleh negara saat itu, karena kurikulum ini dapat menentukan program pendidikan untuk mengubah prilaku manusia atau tepatnya seorang anak ke arah yang lebih baik.[3] Oleh Karena itu dalam penyusunan kurikulum harus dilandasi  pola pikir dan tujuan yang terprogram, salah satunya adalah penggunaan model kurikulum yang sesuai dan relevan di negeri ini. Untuk itu penulis mencoba memberikan model – model kurikulum yang menyentuh tentang teknologi, aktivitas dan rekontruksi sosial dengan harapan untuk mengembangkan potensi taraf hidup manusia dengan memperhatikan kebudayaan, sosial dan perkembangan tehnologi.

II.      Pembahasan

Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun
1856, namun hal ini digunakan pada bidang olah raga, yang berarti jarak yang
harus ditempuh oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai start sampai finish. Namun, hal tersebut mengalami perkembangan makna pada tahun 1955 yang mana kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut khusus digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh atau dilakukan untuk mencapai tingkat tertentu atau ijazah.[4] Istilah kurikulum kemudian berkembang yang dirumuskan berbagai arti. Secara tradisional, kurikulum di artikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak di anut sampai sekarang termasuk Indonesia.[5]
Dalam mengembangkan kurikulum dibutuhkan tiga langkah yang harus dilalui yaitu mengkontruksi kurikulum, mengembangakan kurikulum dan implementasi kurikulum. Ketiganya merupakan rangkaian yang harus dilalui dan harus dirancang secara matang dan tidak boleh ditinggalkan satu komponenpun karena akan mengakibatkan kemandekan sistem. Termasuk di dalamnya mengkaji prasyarat kurikulum sebelum dilaksanakan. Prasyarat adalah kondisi awal yang harus terpenuhi sebelum menyatakan komitmen untuk melaksanakan suatu model kurikulum.[6] Mana kala kita kaji tentang model kurikulum  yang dikemukakan oleh para ahli kurikulum itu memiliki ciri – ciri, persamaan dan perbedaan. Dibawah ini dijelaskan model –model kurikulum sebagai hasil kajian beberapa sumber, diantaranya adalah :

1.      Model Kurikulum Tehnologi

a.       Pengertian Kurikulum Tehnologi
Tehnologi dalam prespektif kurikulum difokuskan kepada efektivitas program, metode dan bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Tehnologi memengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil – hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem atau teori. Penerapan hasil – hasil teknologi adalah perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan tehnologi sebagai suatu sistem yaitu menekankan kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. [7]
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses teknologi untuk menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu membuat keputusan. Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum meliputi dua bentuk, yakni; bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (handware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology). Dengan demikian, konsep kurikulum teknologi dapat berbentuk aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak dalam pendidikan.[8]
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan penggunaan alat - alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan. Dalam kurikulumnya mengandung rencana - rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model - model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh model dari pengajaran tersebut adalah pengajaran berprograma, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan alat komputer, dan pengajaran dengan pendekatan sistem.
Dalam arti teknologi sebagai sistem, teknologi pendidikan menekankan penyusunan program atau rencana pelajaran dengan menggunakan sistem. Program pengajaran tersebut bisa semata - mata sistem, dapat juga berupa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, serta bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran. Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih. Sedangkan pada bentuk kedua, pengajaran tetap berjalan, meski tanpa alat dan media yang canggih, tetapi lebih baik jika alat dan media itu disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak berjalan tanpa alat dan media yang canggih. Karena itu, alat dan media sebagai syarat yang berpadu dengan program. Dengan teknologi diusahakan terjadinya proses belajar mengajar, terutama dalam teknik mengajar dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat menjamin hasil yang sama. [9] Dari ketiga bentuk tersebut teknologi pendidikan memberikan dasar ilmiah dan empirik kepada proses belajar mengajar. Karena teknologi pendidkan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan sistem pendekatan.

b.      Ciri Model Kurikulum Tehnologi
Kurikulum Teknologis, perkembangan teknologi yang terus berkembang mengharuskan manusia untuk menguasainya jika
tidak ingin ketinggalan, kurikulum teknologis pada dasarnya dikembangkan dari kurikulum subjek akademik namun dengan tekanan yang berbeda. Jika subjek akademik ditekankan pada pengawetan pengetahuan maka kurikulum teknologis menekankan kepada penguasaan kompetensi.[10] Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri khusus, yaitu :
a)        Tujuan.Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk prilaku.
b)        Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang – perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
c)        Organisasi Bahan Ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi
d)       Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini bermacam – macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif) dan umpan balik pada akhir suatu program atau semester (evaluasi Sumatif ).[11]
Kurikulum ini adalah bentuk pendekatan ilmiah yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah – masalah pokok pendidikan, pemerataan, peningkatan mutu, efektivitas dan efesiensi pendidikan.[12] Program pengajaran teknologis sangat menekankan efesiensi dan efektivitas. Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba dengan sampel – sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali sampai standar yang diharapkan dapat dicapai.  Namun Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi ( analsis, sintesis, evaluasi ) juga bahan – bahan ajar yang bersifat efektif. Keberhasilan belajar siswa juga sangat dipengaruhi oleh sikap mereka, bila sikapnya positif maka siswa akan berhasil, bila sikapnya negatif, tingkat penguasaannya pun relatif rendah.[13] Jadi kebiasaan dan tingkah laku akan mempengaruhi berhasil dan tidaknya keberhasilan belajar, begitu juga semangat dan tingkat kejenuhan akan ada pengarunya dalam keberhasilan belajar.

2.      Model Kurikulum Aktivitas

a.       Pengertian Kurikulum Aktivitas
Experience currikulum sering disebut juga dengan activity currikulum, kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan – kegiatan atau pengalaman – pengalaman siswa dalam membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa. Pada kurikulum ini intinya yaitu siswa berbuat  dan melakukan kegiatan – kegiatan yang sifatnya vokasional tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik Siswa.[14]

b.      Ciri Model Kurikulum Aktivitas
Salah satu karakteristik dari kurikulum ini adalah untuk memberikan pendidikan ketrampilan yang sedang dipelajarinya. Kurikulum Terpadu dipelopori olah John Dewey yang intinya pembelajaran harus dimulai dari pembahasan suatu topik atau permasalahan yang diselesaikan secara terpadu dari berbagai disiplin ilmu maupun faktor lingkungan.[15]

c.       Kelemahan Kurikulum Aktivitas
1.      Guru yang diperlukan harus mempunyai pendidikan umum yang luas, pendidikan khusus tentang perkembangan anak dan pengetahuan bimbingan.
2.       Guru harus menguasai metode proyek.
3.      Guru tidak hanya menguasai mata pelajaran atau bidang studi tetapi juga harus memiliki kemampuan sosial.
4.      Kebutuhan dan minat peserta didik belum tentu relevan dengan realitas kehidupan yang begitu kompleks.
5.      Perlengkapan kelas harus lengkap dan diatur menurut selera dan keperluan anak.[16] Karena perlengkapan kelas ini berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.

3.      Model Kurikulum Rekontruksi Sosial

a.       Pengertian Kurikulum Rekontrukai Sosial
Kurikulum sebagai rekontruksi sosial mengutamakan kepentingan sosial di atas kepentingan individu. Tujuannya ialah perubahan sosial atas tanggung jawab tentang masa depan masyarakat. Tugas kurikulum demikian bukanlah sesuatu yang baru akan tetapi selalu merupakan suatu bagian dari fungsi pendidikan, karena pendidikan selalu merupakan suatu bagian dari fungsi pendidikan, karena pendidikan selalu berkaitan tujuannya dengan masa mendatang.[17]
Kurikulum Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada problem problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, melainkan merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Interaksi atan kerja sama dapat terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungannya. Dengan kerja sama semacam ini, para siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih baik. Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki pengaruh, mengubah, dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.[18]
Kurikulum Rekonstruksi Sosial, kurikulum ini dikembangkan berdasarkan keprihatinan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Sekolah sebagai organisasi yang ada di masyarakat juga merupa-kan bagian dari masyarakat sehingga harus menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. [19] Dengan kata lain bahwa kurikulum ini dapat menjadikan siswa untuk terlibat dalam memecahkan permasalahan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

b.      Ciri Model Kurikulum Rekontruksi Sosial
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini.
1.      Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan – hambatan atau gangguan yang dihadapi manusia.
2.      Masalah masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah – masalah sosial yang mendesak. Misalnya permasalahan yang dihadapi sekarang, bisakah memberi kekuatan terhadap ancaman – ancaman yang terjadi saat ini.
3.      Pola pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah – tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik dibahas dalam diskusi – diskusi kelompok, latihan – latihan kunjungan dan lain – lain. Topik – topik dengan dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari – jari. Semua kegiatan jari – jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.[20] Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Dimana para siswa dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk Pola desain kurikulum rekonstruksi sosial dapat dilihat dibagan dibawah ini.

c.       Komponen – Komponen Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekontruksi sosial memiliki komponen – komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain tetapi isi dan bentuk – bentuknya berbeda.
a)    Tujuan dan Isi Kurikulum. Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.[21] Tujuan program pendidikan merupakan refleksi dari fase sosial dan epistemologi pendidikan.[22] Dalam program pendidikan ekonomi – politik, umpamanya untuk tahun pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi politik.
b)   Metode, Menunjukan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proses.[23] Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan – tujuan nasional sengan tujuan siswa. Guru – guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing – masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok – kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang dimiliki.
c)    Evalusi, Setiap usaha perbaikan atau perubahan kurikulum senantiasa diawali dengan penilaian. Karena evaluasi adalah bagian dari integral dalam kegiatan pengembangan kurikulum.[24] Dalam Kurikulum rekontruksional kegiatan evaluasi melibatkan siswa, keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Evaluasi disini tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.[25] Dengan evaluasi seperti ini siswa lebih dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang, terutama masalah sosial.

d.      Pelaksanaan Pengajaran Rekonstruksi Sosial
Rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan didaerah yang belum maju dan tingkat ekonominya masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondidi kehidupan mereka sesuai potensi yang ada dalam masyarakat dengan bantuan biaya dari pemerintah. Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan didaerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi hidup mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut dan berusaha mengembangkannya.[26]

4.      Persamaan Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
Sebagai mana konsep kurikulum yang sudah jelaskan diatas bahwa kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial sama – sama mengembangkan anak – anak  yang menekankan interaksi dan kerja sama antara siswa, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat.[27]
Ketiga kurikulum ini mengutamakan keterkaitan dengan masa depan, dimaksudkan bahwa individu dapat menyesuaikan diri menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia harus kuat fisik dan mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya. Yang implikasinya berorientasi pada masalah – masalah kehidupan yang bersifat realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, teknologi, sosial, aktivitas diri, politik maupun hukum, sehingga kelak dikemudian hari peserta didik mampu menghadapinya di masa saat proses belajar maupun masa yang akan datang.[28]
Ketiga kurikulum ini memiliki kesamaan dalam pembentukan siswa, ketiga kurikulum ini juga mempunyai kelemahan, antara lain sulit menyampaikan bahan pelajaran yang bersifat komplek. Dimana materi – materi pelajaran yang bersifat koplek ini tidak bisa diajarkan seluruhnya secara optimal.
 
5.      Perbedaan Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
Perbedaan Kurikulum Teknologi, Aktivitas dan Rekontruksi Sosial
Teknologi
Aktivitas
Rekontruksi Soaial
·      Model konsep pendidikan teknologi pendidikan disebut pendidikan teknologis.
·      Kurikulum Teknologi :  penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku
·      Pendidikan Teknologi : berbagai disiplin ilmu, perkembangan teknologi, Pemanfaat teknologi dalam pembelajaran.
·      Pendidikan Teknologi: kegiatan pembelajaran dipandang sebagai proses mereaksi terhadap stimulus yang diberikan, bila terjadi respons sesuai harapan, maka respons tersebut diperkuat.
·      Pendidikan Teknologi: Evaluasi dilakukan setiap saat (pada akhir satuan pelajaran maupun semester)
·      Jenis pendidikan disesuaikan dengan minat murid.
·      Dalam proses pembelajaran menggunakan problem solving
·      Adanya pengelompokan murid ditentukan oleh perhatian mereka.
·      Kurikulum ini tidak direncanakan terlebih dahulu. Rencana itu berkembang sambil menjalankan kegiatan. Perencanaan dilakukan bersama oleh murid dan guru
·      Kegiatan pembelajarannya terintegrasi dengan baik.
·      Model konsep pendidikan interaksionis disebut pendidikan rekonstruksi sosial.
·      Kurikulum Rekonstrusi sosial : memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan.
·      Pendidikan Rekonstrusi sosial:masalah sosial yang mendesak.
·      Pendidikan Rekonstrusi sosial: strategi yang dapat menyelaraskan antara tujuan nasional dengan tujuan siswa.
·      Pendidikan Rekonstrusi sosial: melibatkan siswa dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.

III.   Kesimpulan

1.     Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
2.    Tehnologi dalam prespektif kurikulum difokuskan kepada efektivitas program, metode dan bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan.
3.  Kurikulum Teknologis, perkembangan teknologi yang terus berkembang mengharuskan manusia untuk menguasainya jika
tidak ingin ketinggalan, kurikulum teknologis pada dasarnya dikembangkan dari kurikulum subjek akademik namun dengan tekanan yang berbeda.
4.    Experience currikulum sering disebut juga dengan activity currikulum, kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan – kegiatan atau pengalaman – pengalaman siswa dalam membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa.
5.      Salah satu karakteristik dari activity currikulum adalah untuk memberikan pendidikan ketrampilan yang sedang dipelajarinya.
6.     Kurikulum sebagai rekontruksi sosial mengutamakan kepentingan sosial di atas kepentingan individu. Tujuannya ialah perubahan sosial atas tanggung jawab tentang masa depan masyarakat.
7.   Ciri Kurikulum rekontruksi sosial adalah berujuan menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan – hambatan atau gangguan yang dihadapi manusia. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah – masalah sosial yang mendesak. Misalnya permasalahan yang dihadapi sekarang, bisakah memberi kekuatan terhadap ancaman – ancaman yang terjadi saat ini. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah – tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
8.     Ketiga kurikulum ini mengutamakan keterkaitan dengan masa depan, dimaksudkan bahwa individu dapat menyesuaikan diri menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia harus kuat fisik dan mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya. Yang implikasinya berorientasi pada masalah – masalah kehidupan yang bersifat realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, teknologi, sosial, aktivitas diri, politik maupun hukum, sehingga kelak dikemudian hari peserta didik mampu menghadapinya di masa saat proses belajar maupun masa yang akan datang.
 
DAFTAR PUSTAKA

Ahid, Nur, Konsep dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan Islam, Islamika, Vol. 1, No. 1, September, 2006.
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014.
Halil, Hermanto, Inovasi Kurikulum Pesantren Dalam Memproyeksikan Model Pendidikan Alternatf Masa Depan, Ulumuna, Jurnal Studi Ke Islaman, Vol. 1, No.2, Desember 2015. hlm. 146
Kurniawan, Deni, Model dan Organisasi Kurikulum,  Remaja Rosda Karya, Bandung, 2015.
Maulana, D.J, Promosi  Kesehatan , EGC, Jakarta, 2009.
Nasution, S., Pengembangan Kurikulum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993.
Nurhadi, M., Pendidikan Kedewasaan Dalam Prespektif Psikologi Islam, Deepublish Publisher, Yogyakarta, 2014.
Raco, J.R.., Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, Grasindo, Jakarta, 2010.
S, Tatang, M.Si, Ilmu Pendidikan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Sanjaya,Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.
Saputra, Yudha Nata, Membangun Kurikulum Kewirausahaan di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17 No.  5 September 2011.
Suardi, Moh., Belajar dan Pembelajaran, , Deepublish, Yogyakarta, 2015.
Sukmadinata, Nana Syadih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda  Karya, Bandung, 1997.
Yani, Ahmad, Mindset Kurukulum 2013, Penerbit Alfabeta, Bandung , 2014.
Zuhri, M.Pd.I, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren, Deepublish Publisher, Yogyakarta, 2016.



[1] Hermanto Halil, Inovasi Kurikulum Pesantren Dalam Memproyeksikan Model Pendidikan Alternatf Masa Depan, Ulumuna, Jurnal Studi Ke Islaman, Vol. 1, No.2, Desember 2015. hlm. 146
[2] Dr.dr. M. Nurhadi, M. Kes, Pendidikan Kedewasaan Dalam Prespektif Psikologi Islam, Deepublish Publisher, Yogyakarta, 2014, hlm. 111.
[3] Zuhri, M.Pd.I, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren, Deepublish Publisher, Yogyakarta, 2016, hlm. 48
[4]  Op.cit, Inovasi Kurikulum ....,  hlm. 152.
[5]  Drs. Tatang S, M.Si, Ilmu Pendidikan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 127
[6]  Dr. Ahmad Yani, M.Si, Mindset Kurukulum 2013, Penerbit Alfabeta, Bandung , 2014, hlm. 33
[7]  Dr. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm. 48
[8]  Drs. Zainal Arifin, M.Pd., Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 136.
[9]  Nur Ahid, Konsep dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan Islam, Islamika, Vol. 1, No. 1, September, 2006, hlm. 23
[10] Yudha Nata Saputra, Membangun Kurikulum Kewirausahaan di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17 No.  5 September 2011, Hlm. 603
[11]  Prof.Dr. Nana Syadih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda  Karya, Bandung, 1997, hlm.98
[12]  Op.cit., Konsep dan Model.... , hlm. 13.
[13]    Op.cit, Pengembangan Kurikulum Teori ..., hlm. 98
[14]  Deni Kurniawan M.Pd, Model dan Organisasi Kurikulum,  Remaja Rosda Karya, Bandung, 2015, Hlm. 32
[15]   Ibid. Model dan Organisasi Kurikulum... , hlm. 13
[16]   Op.cit, Konsep dan Model Pengembangan... hlm. 103
[17]   Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Pengembangan Kurikulum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 24
[18]  Nur Ahid, Konsep dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan Islam, Islamika, Vol. 1, No. 1, September, 2006, hlm. 23
[19] Op.cit. Membangun Kurikulum Kewirausahaan..... hlm. 603
[20]   Op.cit. Pengembangan Kurikulum Teori .... hlm. 92
[21]  Op.cit. Pengembangan Kurikulum ...., hlm. 93
[22]   Heri D.J. Maulana, M.Kes, Promosi  Kesehatan , EGC, Jakarta, 2009,  hlm. 116
[23]   Dr. J.R. Raco, M.E., .Mc., Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, Grasindo, Jakarta, 2010, hlm. 1
[24]   Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, , Deepublish, Yogyakarta, 2015, hlm. 14
[25]   Op.cit., Pengembangan Kurikulum .... , hlm. 94
[26]   Op.cit.,  Pengembangan Kurikulum .... , hlm. 95
[27]  Drs. Zainal Arifin, M.Pd., Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2014, hlm. 130.
[28] Ibid. Konsep dan Model ...., hlm. 131